Sosialisasi Bencana Geologi dan Mitigasinya di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Ar-Rahmah Makassar

  • Meutia Farida Universitas Hasanuddin
  • Ilham Alimuddin
  • Adi Maulana
  • Ulva Ria Irfan
  • Asri Jaya
  • Sultan -
  • Kaharuddin -
  • Agustinus -
Kata Kunci: Bencana geologi, Kapasitas masyarakat, Mitigasi, Tas siaga bencana, Usia dini

Abstrak

Kondisi Indonesia yang rawan bencana  menyebabkan besarnya dampak yang dialami baik karena jatuhnya korban jiwa, kerugian materil antara lain rusaknya/hancurnya infrastruktur dan fasilitas vital lainnya. Mengingat dampak tersebut, maka pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai bencana alam dan bagaimana upaya yang harus dilakukan bila terjadi bencana alam perlu dilakukan edukasi sejak dini. Peristiwa bencana alam geologi memerlukan manajemen resiko penanggulangan bencana baik sebelum, pada saat bencana maupun pasca bencana. Mitigasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi resiko bencana dan termasuk dalam tahap awal manajemen bencana alam. Tentu saja kegiatan memberikan informasi bencana geologi dan mitigasinya menjadi salah satu tanggung jawab kami sebagai ahli geologi dalam lingkup akademisi untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat yang awam, salah satu sasarannya adalah anak usia dini atau siswa sekolah dasar. Luaran dari kegiatan ini adalah peningkatan kapasitas masyarakat khususnya siswa sekolah dasar untuk memahami sejak dini pentingnya mitigasi bencana dalam upaya mengurangi atau meminimalisir kerugian akibat bencana geologi. Kegiatan ini dilaksanakan dengan metode ceramah dan simulasi beberapa kejadian bencana geologi, pengenalan tas siaga bencana termasuk pengenalan mengenai K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) baik di rumah, jalan dan di sekolah.

##plugins.generic.usageStats.downloads##

##plugins.generic.usageStats.noStats##

Referensi

Wilson, M. E. J., Bosence, D. W. J., and Limbong, A. (2000). Tertiary Syntectonic Carbonate Platform Development in Indonesia, Sedimentology 47: 395 – 419.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), (2019). Aktifitas Gempa di Pulau Kalimantan Paling Rendah. Terdapat pada laman https://www.bmkg.go.id/press-release/?p=aktivitas-gempa-di-pulau-kalimantan-paling-rndah&tag=press-release&lang=ID. Diakses pada tanggal 30 Agustus 2019.
Sadisun, I. A. (2004). Manajemen Bencana: Strategi Hidup di Wilayah Berpotensi Bencana, Satuan Tugas Tim Mitigasi Bencana Alam Kebumian, FIKTM-ITB.
TEMPO.CO. (2019). Kerugian Akibat Bencana Alam Rp. 22 Triliun per Tahun, terdapat pada laman https://bisnis.tempo.co/read/1132097/sri-mulyani-kerugian-akibat-bencana-alam-rp-22-triliun-per-tahun, diakses pada tanggal 20 Juli 2019.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), (2019). 61 Gempa Susulan Setelah Gempabumi M 7,2 Kabupaten Halmahera Selatan. Terdapat pada laman https://www.bmkg.go.id/berita/?p=61-gempa-susulan-setelah-gempabumi-m-72-kabupaten-halmahera-selatan&lang=ID&tag=gempabumi. Diakses pada tanggal 20 Juli 2019.
Don, L. dan Leet, F. (2006). Gempabumi, Penjelasan Ilmiah dan Sederhana, Yogyakarta
Sunarjo, Gunawan, M. T., dan Pribadi, S. (2010). Gempabumi, Edisi Populer, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Jakarta.
Adi, S. (2013). Karakteristik Bencana Banjir Bandang di Indonesia, Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 15 No. 1.
Diterbitkan
2019-12-29
Bagian
Technology Applications for Better Society